Disini kita akan berbagi Tips dan Trik dan bisa download Software maupun yang lainya secara gratis

On June 7, 2010 0 comments

Perempuan sering mengeluhkan ketidakmampuan atau kegagalan pasangannya untuk menjadi pasangan yang intim. Maksudnya, banyak kaum lelaki yang tidak mau mendengarkan, tak suka bercerita tentang perasaannya.

Sebaliknya, lelaki menganggap keintiman adalah apa yang terjadi saat mereka melakukan hubungan seks dengan pasangannya, dan dia tidak mengerti mengapa pasangannya tidak mengenali apa keintiman seksual itu.

"Mengapa saya mesti menceritakan perasaan saya jika saya sudah menunjukkannya," demikian, mungkin, ucapan yang paling umum dari kaum Adam.

Mengapa kaum lelaki lebih sulit mengekspresikan perasaannya dan berusaha mendengarkan pasangannya dibandingkan perempuan? Menurut pakar psikologi, anak laki-laki jarang didorong untuk untuk secara terbuka mengungkapkan perasaannya dibandingkan anak perempuan.

Saat mereka tumbuh menjadi dewasa, mereka dihargai, dianggap jagoan, karena mampu menahan perasaannya, tidak menangis, jika terluka, atau tidak menunjukkan ketakutannya, walaupun sedang takut.

Sebaliknya, jika seorang perempuan menghibur kawannya yang sedang sedih, ia mendengarkan dengan seksama dan memberikan saputangan jika diperlukan. Dalam situasi yang sama, seorang lelaki akan mengajak kawannya keluar rumah, bukan mendengarkan, tetapi membantunya untuk melupakan masalahnya.

Setelah bertahun-tahun menjalani sosialisasi semacam itu, lelaki masuk ke dalam hubungan perkawinan dengan seorang perempuan yang mengharapkan dirinya menunjukkan emosinya.

Meskipun mereka belajar untuk mengekspresikan perasaannya dengan cara yang lain, lelaki atau perempuan tetap menginginkan keintiman yang lebih intens dalam perkawinan mereka. Mereka mencari keeratan, kasih sayang dan perhatian.

Saat seks terjadi dalam perkawinan yang intim, suami istri merasa lebih puas secara psikologis dan emosional dibandingkan seks dalam tingkat keintiman yang lebih rendah.

0 comments:

Post a Comment